Skip to main content

tantang

 

Tuhan, keterlaluan kau ini kali

Bukan pertama, tapi keterlaluan kau kali ini

Bedebah

Ambil aku semaumu, tenggelamkanku dalam neraka terdalammu

tapi biarkan anakku menyusu pada ibunya

biarkan bintangku memeluk umminya

biarkan anakku jadi manusia

tumbuh dengan belaian ibu

bedebah kau sepertiku

Bedebah,

keterlaluan kau kali ini, tuhanku

Comments

Popular posts from this blog

Camellia

Camelia 3  Ebiet G. Ade Di sini,  di batu ini a kan kutuliskan lagi n amaku dan namamu. Maafkan bila waktu itu d engan tuliskan nama kita k uanggap engkau berlebihan. Sekarang setelah kaupergi kurasakan makna tulisanmu. Meski samar tapi jelas tegas Engkau hendak tinggalkan kenangan dan kenangan. Disini kaupetikkan kembang, k emudian engkau selipkan p ada tali gitarku, m aafkan bila waktu itu k ucabut dan kubuang, k aupungut lagi dan kaubersihkan. E ngkau berlari sambil menangis. K audekap erat kembang itu.  Sekarang baru aku mengerti t ernyata kembangmu kembang terakhir, y ang terakhir. Oh Camelia, katakanlah ini satu mimpiku. Oh oh oh oh oh C amelia, maafkanlah segala silap dan salahku Disini, dikamar ini, y ang ada hanya gambarmu, k usimpan dekat dengan tidurku d an mimpiku Hidup memiliki nada dan liriknya sendiri. Irama yang paling ternikmati adalah musik yang nada dan suasananya paling dekat dengan nada dan lirik kehidupan.  Sepanjang penghidupan sampai pada titi...

sentuh

  Dari suluruh indra sentuhan adalah hal yang paling tidak terdokumentasi, tapi paling dekat ke jiwa. Mungkinkah dimikian otak manusia bekerja? Suara dan gambar yang bisa direkam masih bisa diindahkan datangnya, mata dan telinga nyata memodelkan memory akan hadirnya dalam ingatan. Indera yang tidak terekam dalam alat, terekam lebih kuat. Aroma kental menguasai suasana hati, paling gampang membayangkan suatu ketika dengan aroma, demikian pula rasa. Tapi yang paling tidak tertahankan karena begitu nyata rasanya adalah sentuhan. Ketika ada yang bertanya apakah aku baik-baik saja, ku bilang, “time will heal”.Delapan bulan berlalu, ketika rinduku makin memuncak, lukanya makin meruyak, jiwaku makin rapuh. Pelan-pelan memang ku mulai terbiasa menjalani hidup sendiri, tapi ketika hal-hal yang mengingatkan akan diri kekasih yang telah pergi, perihnya makin menjadi. Rindu makin tidak tertahankan. Ketika sepi sendiri, dalam imajinasi tidak lagi terdengar suara, tidak terb...

GOLPUT, A Note On Citizenship Decision, Not to Vote

In his  Side Note article (Catatan Pinggir) in Tempo Magazine March 31st, 2014, Goenawan Moehammad made an euphemism for those who do not vote (golput) as Bartleby. He took it from Herman Merville, Bartleby the Scrivener. He made an opening premise for his note that those who do not vote, as those who refuse but do not really refuse. Taking the story to make his point further, GM explore the absurdity of refusing but not really refuse by taking his opinion and comments on the story. Reading the whole article, in my opinion, Goenawan is trying to make a phylosophical discourse on absurdity of being the white group (golput). I do not mind of his discourse and even partly agree with his discussion that Bartleby is complicated. However, I do not agree with his early concluding premise that refusing by not refusing is golput. Golput is not always, "I would like to but I prefer not to". For me it is I refuse to because it is not what how I want it to be. The distinction is immin...