Skip to main content

E Pluribus Tunggal Ika


Title page of the Gentleman's Magazine

Saat pertama datang di Amerika Serika (AS), sering timbul keinginan membandingkan berbagai hal, baik itu besar atau trivia antara kampung dan tanah rantau ini. Sebagian besar adalah trivia karena memang yang terlihat itu hanyalah trivia. Diantara nya adalah istilah moto berbahasa latin di lambang negara amerika serikat e pluribus unum.

Moto ini dapat ditemui di semua koin AS. E Pluribus Unum memiliki arti yang hampir sama dengan Bhinneka Tunggal Ika Indonesia. Berbeda-beda tapi satu. Secara bahasa e pluribus unum berearti yang beragam (plural) satu (unum). Kedua moto yang serupa ini di tuliskan di pita yang di indonesia di pegang di kaki burung garuda, kalau di AS di gigit di paruh elang.

Sebagai rakyat indonesia, agak memalukan memang, saya tidak tau bagaimana sejarahnya moto Binneka Tunggal Ika bisa sampai ada di kaki Garuda. Di AS sendiri moto ini berasal dari gentleman's magazine terbitan london tahun 1731, yang kemudian saat kemerdekaan AS tahun 1776 diakomodir menjadi moto negara AS. Dalam versi asli di majalah, moto ini direpresentasikan sebagai bouquet bunga beraneka ragam yang digengggam sebuah tangan.

Analisa asal saya mengatakan bahwa kemungkinan besar adalah bapak-bapak pendiri bangsa Indonesia mencontoh moto ini dan disesuaikan dengan akar budaya Indonesia (mengganti bahasa latin dengan bahasa sanskerta). Entah benar atau tidak, tetapi beberapa bagian utama dari simbol-simbol kenegaraan Indonesia memang, entah secara kebetulan atau memang di sengaja) memiliki kesamaan dengan simbol-simbol kenegaraan AS.

Pertama kali menyadari hal ini adalah saat saya pertama kali membaca Gettysburg Address presiden Abraham Lincoln, yang di bagian penutup berbunyi sebagai berikut;
            "that this nation, under God, shall have a new birth of freedom -- and that government of the people, by the people, for the people, shall not perish from the earth".
Bagian government by the people, by the people, for the people mengingatkan saya secara langsung dengan pengertian demokrasi Indonesia yang saya terima di sekolah menengah, (pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat).

Berangkat dari rasa ingin tau bagaimana kesamaan ini bisa muncul, saya mencoba membaca lebih jauh tentang persamaan-persamaan lain. Diantara persamaan yang saya temukan adalah: bineka tunggal ika tersebut; lambang negara berupa burung elang; dan moto Annuit Coeptis di seal negara AS. Annuit Coeptis secara bebas saya artikan sebagai rahmat tuhan (secara hafiah berkat atas perbuatan) merupakan kata pembuka paragraf pernyataan kemerdekaan (paragraf 3) Piagam Jakarta / Pembukaan UUD 1945.

Tidak ada rasa kecil hati atau rendah diri bahwa ada berbagai persamaan antara dasar dan lambang kenegaraan Indonesia dengan AS ini. Adalah hal biasa dan jamak bahwa manusia mencontoh dan meniru apa-apa yang baik dari orang-orang dahulu. Bahkan dalam Alquran pun tuhan memberikan perumpamaan dengan menceritakan kisah-kisah bangsa terdahulu. Akan tetapi ada beberapa pertanyaan timbul setentangnya: pertama, kenapa Indonesia tidak dapat menjadi sekuat dan sebesar AS setelah menjalani kemerdekaan dengan basis ide yang sama?; kedua, apakah Indonesia memang benar mau menjadi seperti AS?; ketiga, apakah benar AS itu besar?

Saya tidak akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu di tulisan ini, karena itu adalah pertanyaan yang harus selalu kita pertanyakan. Untuk menutup tulisan ini saya akan mengutip tan malaka, Aksi Massa 1926
         "Jika Diponegoro dilahirkan di Barat dan menempatkan dirinya di muka satu revolusi dengan sanubarinya yang suci itu, boleh jadi akan dapat menyamai perbuatan-perbuatan Crommwell atau Garibaldi. Tetapi ia menolong perahu yang bocor, kelas yang akan lenyap"; 

dan Hatta dalam pledoi di pengadilan Denhaaq 1928,
         'hanya ada satu negara yang pantas jadi negaraku, ia tumbuh dengan perbuatan, dan perbuatan itu adalah perbuatanku".

Sumber: 
- Greatseal.com
http://www.archives.gov/exhibits/charters/declaration_transcript.html

Comments

  1. Desain burung garuda dibuat oleh salah satu bangsawan asal Kalimantan. Detailnya lupa. Mungkin bisa disearch.

    BTW, keluarga juga dibawa ke NY?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thanks, iy, Sultan Hamid II y klo ga salah.. makaksudnya d sni bagaimana moto itu disepakati..

      Sampai saat ini masih belum dbawa,masih ngumpulin napas :)

      PS. ini spa y? ga da namanya..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

La Belle Dame sans Merci, John Keats

 O what can ail thee, knight-at-arms,                      Apa yang kan mengganggumu Kesatria Bersenjata Alone and palely loitering?                                         Sendiri dan pucat iseng berdiri The sedge has withered from the lake,                Ibus mengering jauh dari danau And no birds sing.                                              Dan tiada burung beryanyi O what can ail thee, knight-at-arms,                     Apa yang kan mengganggumu Kesatria So haggard and so woe-begone? ...

Jan asa malantong..

Arti Jan Asa Malantong adalah jangan asal meletus. Maknanya, kalau bicara, berkomentar jangan asal. Sudah lama ku tahan tidak komentar tentang apa-apa, setidaknya di blog ini, tapi seperti kentut yang ditahan-tahan, lama kelamaan harus juga dilepaskan. Karena merasa "aa nan takana" kadang tak semua harus dikatakan, blog ini telah lama tidak diberi perhatian. Sebenarnya selama ini bukan tidak ada yang mengganjal, hanya saja ku tahan. Pikirku, ide dan pendapat harus ditimbang dang di matangkan sebelum diungkapkan. Hari ini yahoo bikin ku mencret. Di main wall-nya yahoo menempelkan artikel " gilanya mobil murah ". Artikel ini dari Tribun News, mengomentari proyek mobil murah yang sedang ramai saat ini. Secara kualitas, artikel ini memang jurnalisme junk . Pemberitaan hanya berputar pada melaporkan pendapat Rommy, calon senator DKI. Pak calon senator (ngeriiii...) mengatakan bahwa ide mobil murah gila karena pertama berpotensi menimbulkan kemacetan, kedua akan meningk...

sentuh

  Dari suluruh indra sentuhan adalah hal yang paling tidak terdokumentasi, tapi paling dekat ke jiwa. Mungkinkah dimikian otak manusia bekerja? Suara dan gambar yang bisa direkam masih bisa diindahkan datangnya, mata dan telinga nyata memodelkan memory akan hadirnya dalam ingatan. Indera yang tidak terekam dalam alat, terekam lebih kuat. Aroma kental menguasai suasana hati, paling gampang membayangkan suatu ketika dengan aroma, demikian pula rasa. Tapi yang paling tidak tertahankan karena begitu nyata rasanya adalah sentuhan. Ketika ada yang bertanya apakah aku baik-baik saja, ku bilang, “time will heal”.Delapan bulan berlalu, ketika rinduku makin memuncak, lukanya makin meruyak, jiwaku makin rapuh. Pelan-pelan memang ku mulai terbiasa menjalani hidup sendiri, tapi ketika hal-hal yang mengingatkan akan diri kekasih yang telah pergi, perihnya makin menjadi. Rindu makin tidak tertahankan. Ketika sepi sendiri, dalam imajinasi tidak lagi terdengar suara, tidak terb...