Dari suluruh indra sentuhan adalah hal yang paling tidak terdokumentasi, tapi paling dekat ke jiwa. Mungkinkah dimikian otak manusia bekerja? Suara dan gambar yang bisa direkam masih bisa diindahkan datangnya, mata dan telinga nyata memodelkan memory akan hadirnya dalam ingatan. Indera yang tidak terekam dalam alat, terekam lebih kuat. Aroma kental menguasai suasana hati, paling gampang membayangkan suatu ketika dengan aroma, demikian pula rasa. Tapi yang paling tidak tertahankan karena begitu nyata rasanya adalah sentuhan.
Ketika ada yang bertanya apakah aku baik-baik saja, ku bilang, “time will heal”.Delapan bulan berlalu, ketika rinduku makin memuncak, lukanya makin meruyak, jiwaku makin rapuh. Pelan-pelan memang ku mulai terbiasa menjalani hidup sendiri, tapi ketika hal-hal yang mengingatkan akan diri kekasih yang telah pergi, perihnya makin menjadi. Rindu makin tidak tertahankan. Ketika sepi sendiri, dalam imajinasi tidak lagi terdengar suara, tidak terbayang rupa. Satu yang berkuasa, ketika ku tutup mata hangat nafas terasa merapat, seolah orangnya ada. Hangat tubuh dan sentuhan terasa seolah nyata. Seperti pagi dia pergi, seluruh bulu di tubuh dibuatnya berdiri, ngilu di telapak tangan, terasa merayap ke dada. Sentuhan terekam begitu nyata dan muncul hadir seketika, terlalu menyiksa. Masih terasa hangat tubuh di sampingku, lembut bibirmu dibibirku, sentuhanmu meremukkanku.
Sungguh tidak ada keinginan untuk berduka berlarut-larut. Duka begini pun bukan mainanku seorang, lebih banyak orang di luar sana ditinggal pasangannya. Tapi apa mau dikata memang begitu adanya, akal kadang berhenti bekerja. Hati saja harapannya. Untungnya otak pun menyimpan sentuhan itu dengan baik, sehingga tidak terlalu mengapa, menyiksa dia tapi diobatnya pula hanya dengan ku tutup mata.
Comments
Post a Comment