Sebelum mati, jarak antara mati dan hidup semu. Ketika semua baik-baik dan mati yang ada tidak menyentuh rasa, beda hidup dan mati tiada perlu penjelasan, tidak butuh penjelasan, tidak berkehendak pada pengertian. Tetapi seketika mati terasa dekat dan menyentuh rasa, dia mewujud jadi ada, being, (dasein ); berasa dan nyata. Mati yang telah menyeruak jiwa hidup, dia berdetak, bergerak, membangun citra bahkan berkehendak. Demikianlah matinya orang dekat bisa sesuka-maunya menjadi monster, penjajah, penguasa bahkan tuhan. Mati kekasih adalah raksasa perusak, buto perusak jiwa, eksistensinya signifikan dan hadirnya butuh deskripsi. Selalu dipenuhinya otak dengan teriak meminta pemahaman, menuntut kontemplasi dan menggasak perenungan. Kalau tidak dituruti, dimakannya jiwa, semili, sesenti, sehasta, hingga yang tersisa hanya amarah dan gundah. Setahun setengah menekuri gundah dan amarah, tidak dapat dipahami apa itu mati jika hidup tidak dimengerti. Hidup itu dijalani, ditempati, me
Cinta, dicurinya hatiku, tidak ku minta, belum ku rela, dia datang seketika dan tanpa siapa tau, hatiku hilang hanyut di dalam alun tenang senyumnya Sepagi ini rindu menyiksaku jahanam, pun kasmaran merayuku setan; aku tersangkut di jeruji kenangan dan godaan percintaan. Jiwaku masih tenggelam dalam kenangan ketika ronanya sang entah siapa menggelora membakar rongga dada. cinta, ku disiksa begini rupa tafakur ku tunggu saatnya rebahan di liang kubur, dadaku penuh sesak asmaradana Adakah kalian dari aliran yang sama, kenapa seiya menyiksa begini rupa Cinta, ijinkan ku beri dia cinta tiada jeda, dia mempesonaku sekujur jiwa. Relakan ku tua di pelukan hangat senyuman-nya, dalam sejuk pelukan senyummu. Kasmaran yang menyatu dengan rindu tak berkesudahan tidak bisakah kalian biarkan ku tutup mata sepagi ini. Rindu pada mu kan selalu mencumbuku parah, semasa cintaku jadi miliknya. Tolong aku cinta, peluk aku rindu.