dari yazidkhair.com
Pagi ini persis satu tahun ummi mengejutkan kami. Tiga ratus enam puluh enam hari yang lalu, jam seperti sekarang, ketika di mesjid diputar suara orang mengaji, raung kami berserakan memecah sunyi. Tidak perlu diulang ceritanya, ingatan saja masih sangat perihnya, lukanya masih ternganga.
Terlalu tenggelam dalam kehilangan, tiada sempat kami melepas dan menyampaikan selamat jalan secara pantas, padahal kematian itu sakral dan pasti dan setelah terjadi tiada tertantang lagi. Terlalu sibuk menggaruk duka, tiada sempat ku ucapkan kata perpisahan, masyuk mencumbu bayang tiada, angan dirimu tiada terlepaskan. Masih saja kami gila mengakali menggayung dan menambal bah kesedihan yang buncah. Setelah setahun pun belum terakali caranya. Tapi pagi ini mengingat waktu yang telah bergulir, sudah sepantasnya kami duduk dengan pikiran jernih, dan hidup sepantasnya hidup.
Menarik napas dalam, menyelami sejuk pandang-mu dalam kenangan, barulah kini dapat ku ucapkan, “selamat jalan Cinta, kami terima kehilanganmu sebagai keniscayaan”. Jalan kehidupan memang berliku, bagaimana kita ada di sini pun adalah misteri. Sadar eksistensi terbentuk dalam proses panjang, menjadi nyata dengan komunikasi dan entah hilang entah mengabadi dengan mati. Bagi yang hidup kenangan terus menjulang, tetap menopang, tetap menjadi kekuatan. Tiada penyesalan lagi, harusnya, karena kau telah meninggalkan cinta tiada terbilang.
Comments
Post a Comment