manajemen resiko bukan hal baru bagi Bea Cukai, tapi pengaplikasiannya masih amatiran. Pengaplikasian manajemen resiko DJBC seperti anak kecil yang memakai baju orang tuanya, bukan saja baju kedooran, tapi yang lebih parah, fungsinya tidak ada. BC jelas telah dijajah oleh beban administrasi dan keinginan untuk melaksanakan apa yang kita sebut sebagai aplikasi manajemen resiko di administrasi kepabeanan.
Standar manajemen resiko Bea cukai
Pengaplikasian manajemen resiko di Indonesia, dari jaman belanda, cfrs, penjaluran merak hijau dan lalu ditambah perkerja risk engine yang ada sekarang dan, pekerjaan ini tidak mudah
menjaga
Command Responsibility, Ethics and Leadership, Integrity.
Dalam warta bea cukai Bulan September 2013, dalam tulisan berjudul “Anda Memiliki Integritas?”, Mathias Buluama menutup tulisannya-nya tentang integritas sebagi berikut:
“Siapapun anda- entah saya kenal atau tidak, entah anda memiliki sikap 3TM saya percaya bahwa sepanjang anda masih berkeinginan bekerja memajukan dan sekaligus menjaga nama baik institusi yang telah membesarkan anda, anda adalah pegawai yang memiliki integritas”.
Dalam tulisan-nya Pak Mathias mengungkapkan kegalauan (setidaknya ketidak nyamanannya) pada pemaknaan yang dimunculkan oleh penggunaan kata integritas yang secara terlalu sederhana (tidakyang belum pernah saya kenal secara pribadi. Kegalauan yang sama yang saya rasakan, seperti saya yakin ada pada banyak pegawai yang bekerja dibawah bendera institusi DJBC.
Memang betul sejak bergulirnya proses transformasi di bea cukai, sejak 1995 waktu diundangkannya UU kepabeanan dan cukai, integritas selalu dijadikan tag-line. Tetapi sesering digunakan, sesering itu pula kita lihat (atau dengar) kejadian yang tidak sesuai dengan kata itu.
Integritas menurut pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia integritas diartikan sebagai mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan; kejujuran. Dalam pengertian ini Integritas adalah suatu keadaan abstrak. Sangat sulit membayangkan apa itu keadaan yang utuh yang dapat memancarkan kewibawaan, kejujuran. Tidak heran bahwa dilapangan pun kita sulit menemukan ejawantahan nyata pelaksanaan integritas. Paling bisa, kalau ada orang yang jujur, kita anggap integritasnya bagus. Padahal integritas itu lebih dari jujur semata, dia adalah kualitas yang utuh.
Close
Due to Congress’s failure to pass legislation to fund the government, the information on this web site may not be up to date. Some submissions may not be processed, and we may not be able to respond to your inquiries.
Information about government operating status and resumption of normal operations is available at USA.GOV.
In the opening of The Gathering Storm, before beginning his story, Winston Churchill set moral principles for his book, In War: Resolution In Defeat: Defiance in Victory: Magnanimity In Peace: Good Will. By this statement he set his story as the way to build the message of humanity. Although he talk about the politics and the struggle for power, he develop his principle as the basis of the book.
Why the U.S.A. is Important, and How China is More Important
especially for those who cares for Indonesia
a man is about as big as things that made him angry
Winston Churchill
Comments
Post a Comment